Motif batik terutama batik tulis tengah digandrungi masyarakat, barangkali akan menjadi trend 2010 paska diakui Unesco sebagai warisan dunia asal Indonesia. Pengakuan itu tak lepas dari peran orang-orang yang berkecimpung dan mencintai batik. Peran penting juga diberikan Kabupaten Malang dengan menyumbangkan karya batik Druju (baca : ndruju) yang telah mendunia.
Seperti namanya, batik Druju memang berasal dari Desa Druju Kecamatan Sumbermanjing Wetan (Sumawe). Batik Druju dihasilkan di dusun terpencil bernama Wonorejo,
di bawah perbukitan gunung kapur Malang Selatan yang membujur hingga pantai selatan Jawa. Suasana alam yang eksotis, mendorong karya batik Druju menjadi masperpiece di dunia.
Dari teknik pembuatannya, batik Druju memang amat lain dari batik manapun di dunia. Ciri khas batik Druju terlihat dari corak-corak batik yang menyambung dari bagian depan ke bagian belakang. Motif batik Druju menyambung karena ditorehkan setelah kain dijahit menjadi pakaian. ‘’Batik Druju memang tidak ada yang menyamai, di Indonesia maupun di dunia. Kalau batik biasanya dibuat lembaran baru dijahit menjadi pakaian, kami sebaliknya,’’ aku Sumardiyanti atau akrab disapa Antik Subagio (44 tahun) pemilik Andis Batik di Desa Druju.
Ciri khas lainnya, batik Druju identik dengan warna hitam pekat, lebih pekat dari batik manapun. Penasaran dengan batik Druju, datang saja ke butik Andis Batik, di Dusun Wonorejo Desa Druju Sumawe. Ke arah selatan Turen, Druju merupakan Desa pertama begitu memasuki kawasan Kecamatan Sumawe. ‘’Saya tidak membuka di tempat lain, karena ingin membesarkan nama Druju,’’ ujar Antik cepat dan tegas. Ibunda Novi Kristian Utami, Dianika Utami dan Andik Vita Harianto Utomo itu mengaku lokasi tak menghalangi munculnya karya berkualitas. Buktinya, sejak tahun 1996 berdiri, hingga masuk tahun 2009 ini, batik Druju masih eksis dan bahkan mendunia.
Selama menekuni batik, sudah lebih dari 500 motif batik lahir dari tangan Antik dan suaminya Eddi Subagio (44 tahun). ‘’Kami (Antik dan Eddi Subagio) belajar batik secara otodidak, semua motif hasil rancangan kami sendiri,’’ imbuhnya diikuti anggukan Eddi. Melalui kiprahnya menekuni dan mempopulerkan batik, pasangan itu berhasil memiliki rumah yang megah di Desa Druju. Rumah itu menjadi butik sekaligus rumah produksi batik khasnya. Disana pula, puluhan perajin batik dari Pekalongan diboyong untuk membatik motif karya Antik dan Eddi. ‘’Batik ini tidak kami hak ciptakan, hak cipta batik ini dari label Andis batik yang ada di tiap produk,’’ aku Antik. Asal tahu saja, produk Andis Batik, sudah beredar di luar negeri seperti Italia, Jerman, Singapura dan Malaysia. Bahkan batik Druju juga sempat tembus ke Amerika. Batik itu dibuat oleh tangan-tangan ahli dari kecamatan Wirodesa Kota Pekalongan. ‘’Mereka kami bawa kesini, dan diberikan gaji sesuai UMK, itu diluar bonus. Makan minum dan akomodasi kami yang menanggung, termasuk biaya penjemputan dan pemulangan mereka ke Pekalongan,’’ imbuh Eddi, sang suami. Eddi menambahkan, karya batik Druju memiliki pangsa pasar kelas menengah ke atas. Harga batik Druju, dipatok sesuai motif dan kerumitan teknik pembuatannya. Per potong batik tulis, bisa dibeli mulai harga Rp 400 ribu hingga Rp 2,5 juta. ‘’Setiap bulan selalu ada motif baru, yang jelas seluruh motif terinspirasi dengan alam,’’ kata Eddi. Melihat motif-motif batik Druju memang tidak ada bosannya, bila teliti akan nampak corak alam yang ditorehkan dilembaran kain. Longok saja corak kupu-kupu gajah, corak rerumputan maupun corak pantai dan lautan. Tentu saja, Andis Batik memiliki satu motif andalan, yakni motif seribu mimpi. ‘’Motif ini kamu buat dengan filosofi, bahwa Andis batik bermimpi dan bercita-cita memiliki seribu motif batik,’’ ujar Eddi sambil tersenyum. (bagus ary wicaksono/malangpost)
Komentar
Posting Komentar